“Tentunya ini harus tidak hanya sekadar predikat atau atribut yang melekat. Tapi bagaimana ini bisa berlangsung untuk kemudian lestari, artinya harus ter publikasikan.” ungkapnya.
“Kemudian dikembangkan untuk bisa dipahami masyarakat sehingga ikut melestarikan juga bagaimana pelaku seni budaya bisa membawakan tarian ini dengan lebih baik,” imbuhnya.
BACA JUGA: Cerita Kenanga Kusuma Murdiyani, Siswi UNY yang berhasil Lulus Tanpa Skripsi dari Hasil Prestasi
Tari Klana Alus Dasalengkara merupakan tari tunggal putra gaya Yogyakarta diciptakan oleh KRT Condroradono yang dipersembahkan untuk Sri Sultan HB IX pada masa jabatannya 1940-1988.
Tari itu menggambarkan keadaan seorang Raja yang sedang merindukan putri.
Tari ini diambil dari tokoh Prabu Dasalengkara dalam wayang wong lakon Abimanyu Palakrama yang sedang jatuh cinta pada Dewi Siti Sendari. (riz/abd)