JOGLO NEWS – Di sudut gelap lorong sekolah, kata-kata seperti pisau tajam melukai hati yang rapuh.
Mereka berteriak, mencemooh, dan menertawakan, seolah-olah jiwa yang terluka itu hanyalah permainan yang bisa dihancurkan sesuka hati.
Tiap hari, korban bullying harus mengumpulkan serpihan harga diri yang hancur, sementara pelaku berjalan dengan santai di atas perasaan orang lain.
Inilah yang dirasakan Pricilia Witasmara (25), ketika masih duduk di bangku sekolah dasar.
BACA JUGA: Duh! Pengadilan Agama Pemalang Catat 10 Kasus Perceraian per Hari, Ini Dugaan Penyebabnya
Dia sering merasa tidak tahu kesalahan apa yang diperbuat hingga teman-teman enggan berteman dengannya.
“Saya bahkan merasa insecure dan berpikir bahwa penampilan saya yang buruk menjadi penyebabnya. Saat itu, kulit saya hitam dan tubuh saya kurus kerempeng. Perlakuan kasar dari mereka membuat saya takut untuk speak up karena ancaman yang mereka berikan,” ungkapnya.
Dara cantik kelahiran Jakarta yang kini menetap di Bogor ini menceritakan kejadian di mana mereka menjepitnya di antara meja.
“Mereka juga sering menyuruh saya mencatat pelajaran di papan tulis, membuat catatan saya sendiri menjadi yang terakhir. Akibatnya, saya sering bolos sekolah saat kelas tiga karena tidak ingin bertemu mereka, hingga saya tidak naik kelas,” jelasnya.