REMBANG, Joglo News – Tantangan terbesar batik tulis Lasem di era modern ini adalah persaingan dengan batik cap atau printing.
Selisih harga yang cukup tinggi antara batik tulis dan batik cap disebabkan oleh perbedaan dalam proses produksi.
Proses industri batik cap yang cepat dan massal memungkinkan harga jual yang lebih murah.
Hal itu diungkapkan Kepala Dindakop UKM Rembang, Mahfudz.
Ia menjelaskan, batik tulis Lasem yang dibuat secara manual dengan sentuhan langsung dari pengrajin, memerlukan waktu berhari-hari hingga berbulan-bulan.
Sehingga memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.
Selain itu, tantangan lain adalah berkurangnya minat generasi muda untuk menjadi pengrajin batik.
Sebelum produksi batik cap berkembang, banyak pemuda yang tertarik menjadi pengrajin batik.
Namun, sekarang mereka lebih memilih bekerja di sektor industri yang dianggap lebih sederhana dan tidak ribet dibandingkan dengan kerajinan batik.
“Semenjak berkembang pesatnya perusahaan industri. Generasi muda sudah mulai menurun peminatnya. Mereka menilai bahwa membatik itu ribet dan beralih ke industri,” tuturnya belum lama ini.