BANTUL, Joglo News – Museum History of Java yang berdiri sejak 2018, memiliki misi utama untuk melestarikan dan mempresentasikan peradaban Jawa, mulai dari masa prasejarah hingga era Kesultanan Yogyakarta.
Museum ini didirikan untuk menyimpan koleksi bersejarah yang menggambarkan perjalanan peradaban Jawa, terutama pada masa pendirian Dinasti Mataram Islam.
Filosofi ini menjadi dasar dari keberadaan museum yang memiliki fokus edukasi dan pelestarian sejarah.
Edukator Museum, Rosalia Fergi Stefani, menjelaskan konsep dasar museum ini adalah menghadirkan pengalaman edukasi sejarah yang dipadukan dengan teknologi modern.
BACA JUGA: 10 Proyek Strategis Kota Yogyakarta Akhirnya Selesai, Apa Saja?
Salah satu fasilitas utama adalah teater yang memutar film tentang peradaban Jawa, serta ruang koleksi yang interaktif bagi anak-anak.
Teknologi augmented reality (AR) juga menjadi daya tarik, memungkinkan pengunjung memindai gambar-gambar di museum menggunakan aplikasi di ponsel mereka.
“Kami telah menggunakan teknologi AR sejak awal berdirinya museum. Teknologi ini memberikan pengalaman interaktif bagi pengunjung, terutama pelajar, sehingga mereka lebih mudah memahami sejarah,” ungkap Rosalia, Rabu (8/1).
Tidak hanya teknologi AR, museum ini juga menerapkan teknologi lain seperti AI dan PR Movie untuk memperluas eksplorasi pengunjung.
Dengan berbagai fasilitas tersebut, museum ini berhasil menarik ribuan pengunjung setiap tahunnya, terutama selama libur Natal dan Tahun Baru.
Rombongan pengunjung sering kali mencapai 300 orang dalam satu reservasi.
Desain arsitektur museum berbentuk gunungan wayang, yang terinspirasi dari filosofi kehidupan manusia Jawa.
Filosofi ini mencakup hubungan manusia dengan alam dan lingkungan sekitarnya.