YOGYAKARTA, Joglo News – Berangkat dari cerita dan mitos masa lampau, sutradara muda Wahyu Agung Prasetyo menghadirkan film Singsot: Siulan Kematian.
Bergenre horor, film ini merupakan kelanjutan dari film pendek untuk judul yang sama.
Pertama kali tayang 2016, film ini pernah meraih penghargaan di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2016.
Agung menghadirkan nuansa horor dengan sangat kental.
Film ini mengangkat mitos Jawa tentang larangan Singsot atau bersiul pada malam hari.
Semakin kental karena Agung mengemas dengan nuansa dan dialeg Jawa.
BACA JUGA: Alur Cerita Film John Wick (2014), Pembubuh Bayaran yang Berusaha Keluar dari Dunia Kriminal
“Jadi, film sebelumnya memang sudah digarap dalam format film pendek durasi 14 menit. Lalu digarap lagi dalam versi lebih panjang dengan durasi 75 menit,” jelasnya saat ditemui dalam pemutaran perdana di Cinepolis Lippo Mall Jogja, Jumat (7/3).
Film Singsot: Siulan Kematian terfokus pada peran seorang anak laki-laki usia 13 tahun bernama Ipung.
Tokoh yang diperankan Ardhana Jovin ini tinggal bersama kakek dan neneknya di sebuah desa terpencil.
Sebuah desa yang masih kuat dengan ragam mitos dan larangan.
Sosok Ipung sendiri kerap mendapatkan peringatan larangan bersiul menjelang malam tiba.
Namun pantangan ini dilanggar olehnya karena rasa penasaran. Alhasil aksinya ini mengundang kedatangan makhluk tak kasat mata.
“Jadi, cerita ini berangkat dari mitos atau cerita rakyat yang ada sejak zaman dulu. Tentang larangan untuk bersiul saat malam hari. Kisah-kisah yang pernah saya rasakan waktu masih kecil,” katanya.
Pasca melanggar pantangan mitos, beragam kejadian aneh mulai terjadi.
Tak hanya kepada Ipung tapi juga Kakek Neneknya. Bahkan juga meneror warga kampung tempatnya tinggal.
Teror yang hadir berupa kehadiran mahluk tak kasat mata.
Hingga suara-suara mencekam yang hadir setiap saat. Masih ditambah sosok astral yang mengawasi Ipung dalam kegelapan.
“Berangkatnya dari cerita rakyat yang diyakini secara turun temurun. Berangkat dari sini lalu menjadi kepercayaan masyarakat. Bagaimanapun juga ini adalah salah satu warisan yang harus dijaga dan jangan disepelekan,” ujarnya.