GUNUNGKIDUL, Joglo News – Para pedagang lantai satu Pasar Tradisional Argosari, Wonosari, merasakan dampak serius persaingan dengan perdagangan online dan minimarket modern.
Bahkan, beberapa di antaranya terpaksa gulung tikar karena sepinya pembeli.
Seorang pedagang, Tukirahayu mengatakan kondisi Pasar Argosari semakin memprihatinkan.
Tiga tahun lalu transaksi jual beli masih ramai.
“Sekarang pembeli turun drastis, kami bisa bertahan saja sudah Alhamdulillah,” katanya, Rabu (12/3).
BACA JUGA: Kegiatan Unggulan Disbud Bantul Terpaksa Dihentikan di 2025, Ini Alasannya!
Dia menyebut faktor utama sepinya pasar karena marak belanja online.
Di 2025 suasana pasar pada menjelang Lebaran hampir sama dengan hari biasa.
“Sekarang teh satu biji saja bisa sampai rumah. Dulu orang datang ke pasar, sekarang belanja di online shop,” ucapnya.
Kemudian, menjamurnya toko berjejaring turut memperparah kondisi. Warung-warung kecil ikut terkena dampak.
“Tolong jangan ditambah lagi penderitaan rakyat,” ungkapnya.
Menurutnya, omzet para pedagang menurun drastis. Dulu mencari tiga juta dirasa mudah, namun sekarang sehari dapat satu juta sudah bersyukur.
Sementara itu, Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih mendengarkan keluh kesah para pedagang.
Dalam kegiatan operasi pasar (OP) dan pantauan harga, dia sempat disambati pedagang.
“Pasar tradisional di seluruh Indonesia memang mulai tergerus oleh perdagangan modern dan bisnis online,” ucap Endah.
Sekarang pedagang pakaian tidak perlu buka kios, cukup unggah produk di media sosial atau marketplace, lalu COD.
“Ini menjadi tantangan bagi pasar tradisional,” jelasnya.