YOGYAKARTA, Joglo News — Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menegaskan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) menyusul kasus keracunan massal yang menimpa ratusan siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta.
Menurut Sultan, fokus evaluasi seharusnya diarahkan pada kesiapan dapur dan kemampuan penyedia makanan dalam memproduksi porsi besar secara aman.
Sultan menekankan bahwa inti persoalan bukan terletak pada konsep programnya, melainkan pada cara pelaksanaannya di lapangan.
Ia menilai banyak dapur penyedia MBG belum memperhitungkan kapasitas peralatan dan sumber daya manusia yang dimiliki.
BACA JUGA: MBG Watch Terima 146 Laporan Keracunan, Ibu-ibu di Sleman Tuntut Evaluasi Total!
“Kalau biasanya masak 50 porsi lalu tiba-tiba disuruh masak 3.000 porsi dengan dapur tradisional, ya jelas tidak mungkin. Masak mulai jam berapa, selesai jam berapa?” ujar Sri Sultan saat ditemui di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Jumat (17/10).
Lebih lanjut, Sri Sultan menjelaskan bahwa pengelolaan bahan makanan dalam skala besar memerlukan sistem penyimpanan yang layak.
Tanpa fasilitas seperti freezer atau gudang pendingin, bahan makanan seperti ayam dan daging sapi rentan rusak dan bisa menyebabkan keracunan.
“Kalau bahan itu tidak segera dimasak dan tidak punya penyimpanan besar, ya pasti cepat rusak. Kalau sudah biru lalu digoreng, ya bisa bikin orang mabuk,” tegasnya.
Ia juga menyoroti kurangnya pemahaman teknis di tingkat pelaksana.
Menurutnya, selama dapur pengolah tidak memahami prinsip dasar produksi massal yang aman, kasus keracunan seperti ini bisa terus berulang.
“Kalau yang di dapur tidak paham soal teknis dan kapasitas, ya kasus seperti ini bisa kejadian terus. Jadi memang harus ada evaluasi total,” kata Sultan.
Selain itu, Sultan menilai jumlah tenaga masak perlu disesuaikan dengan target produksi agar kualitas dan keamanan makanan tetap terjaga.
“Masak 3.000 porsi itu nggak bisa dilakukan satu kelompok kecil saja. Misalnya satu tim delapan orang mampu 50 porsi, tinggal dihitung saja berapa kelompok yang dibutuhkan. Itu lebih masuk akal,” jelasnya.












